Contoh Marquee dari bawah ke atas

Kegiatan Studi Tour Ke Museum Fatahilah Jakarta

Kegembiraan dan keceriaan Siswa-Siswi MTs Darul Hikmah Setibanya di Alun-Alun Museum Fatahilah Jakakrta, di dampingi oleh Pembina OSIS (Hasbi,S.Pdi)

Kegiatan Ujian Nasional Tahun 2015

Hari ke-2 Selasa,5 Mei 2015 sebanyak 48 Siswa-Siswi MTs Darul Hikmah Masih Tetap semangat untuk menyelesaikan Soal Ujian Nasioanl

Kegiatan Studi Tour Ke Museum Fatahilah,Museum Wayang, dan Bank Indonesia

Wejangan dan Nasihat dari Kepala Sekolah Sebelum melaksanakan Penelitian di Museum Fatahilah, Museum Wayang, dan Musem Bank Indonesia

Sejarah Museum Geologi Bandung

Museum Geologi didirikan pada tanggal 16 Mei 1928. Museum ini telah direnovasi dengan dana bantuan dari JICA (Japan International Cooperation Agency)

Candi Barabudhur

Candi Barabudhur melambangkan tiga tingkatan dalam kehidupan manusia. Kaki candi disebut Kamadhatu, melambangkan kehidupan di dunia fana, yang masih dipenuhi kama (hasrat dan nafsu)

Selasa, 23 Mei 2017

Agenda Kegiatan MTs Darul Hikmah dan SMA Asa Pertiwi

AGENDA KEGIATAN MTS DARUL HIKMAH / SMA ASA PERTIWI

1.Libur Akhir Tahun :17 Juni s/d 15 Juli 2017
2.Penerimaan Siswa Baru TP.2017/2018 :

Gel 1 : Tanggal 15 - 31 Mei 2017
Gel 2 : Tanggal 01 - 15 Juli 2017
3.Jadwal Tes Ujian Masuk MTs Darul Hikmah dan SMA Asa Pertiwi : 17 Juli 2017
4.Kegiatan Awal Masuk Sekolah : 17-19 Juli 2017

Rabu, 10 Mei 2017

NISFU SYA’BAN DAN AMALAN-AMALANNYA


KEUTAMAAN DIBULAN NISFU SYA’BAN

أخبرنا أبو عبد الله الحافظ, و أبو عبد الله إسحاق بن محمّد بن يوسف السوس و أبو بكر محمّد بن الحسن , قالوا : أخبرنا أبو العباس محمّد بن يعقوب , قال : حدّثنا يزيد بن محمّد بن عبد الصمد الدمسقي, قال : حدّثنا هشام بن خالد, قال: حدّثنا أبو خليد – وهو عتبة بن حمّاد- عن الأوزعي, و ابن ثابت – وهو عبد الرحمن بن ثابت بن ثوبان – عن أبيه عن مكحول عن مالك بن يخامر عن معاذ بن جبل عن النبي صلى الله عليه وسلم : ( يطلع الله تبارك و تعالى إلى خلقه فى ليلة النصف من شعبان, فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن ).
           ‘’ Telah mengabarkan kepada kami abu abdillah al-hafidh, dan abu abdillah ishaq bin Muhammad bin yusuf as-sus dan abu bakar Muhammad bin al-hasan, mereka berkata : telah mengabarkan kepada kami abu al-‘abbas Muhammad bin ya’qub, berkata : telah menceritakan kepada kami yazid bin uhammad bin abdishomad al-dimasqy, berkata : telah menceritakan kepada kami hisyam bin kholid, berkata: telah menceritakan kepada kami abu khulaid ( ngutbah bin hammad ) – dari al-auza’I, dan ibni tsabit ( abdrurrahman bin tsabit bin tsauban ) – dari bapak-nya, dari makhul, dari malik bin yakhamir, dari mu’adz bin jabal, dari nabi Muhammad shollallahu ‘alahi wasallam, bersabda: ( sesungguhnya pada malam nisfu sya’ban ( pertengahan bulan sya’ban ) allah akan melihat makhluknya, lalu allah akan mengampuni kesalahan seluruh makhluknya, kecuali orang yg musyrik atau orang yg bertengkar )’’( fadhail al-awqat – imam abi bakar ahmad bin Husain al-baihaqi – wafat thn 458 H. ).
حدثنا الحسن بن علي الخلال, حدثنا عبد الرزاق, أنبأنا ابن أبي سبرة عن إبراهيم بن محمد عن معاوية بن عبد الله بن جعفرعن أبيه عن علي بن أبى طالب رضي الله عنه, قال : قال رسول الله عليه و سلم : ( إذا كان ليلة النصف من شعبان فقومو ليلتها, و صوموا نهارها, فإن الله ينزل فيها لغروب الشمس إلى سماء الدنيا , فيقول : ألا من مستغفر لى فأغفر له, ألا مسترزق فأرزقه, ألا مبتلى فأعافيه, ألا كذاو ألا كذا حتى يطلع الفجر)
                 Telah menceritakan kepada kami al-hasan bin ali al-khalal, telah menceritakan kepada kami abdurazzaq, telah memberitakan kepada kami ibnu abi sabrah, dari Ibrahim bin Muhammad dari muawiyah bin abdillah bin ja’far dari bapak-nya dari sayyidina ali bin abi thalib ra., berkata : rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : ( apabila malam nisfu sya’ban ( pertengahan bulan sya’ban ) telah tiba, maka shalatlah di malah harinya, dan berpuasalah di siang hari, sesungguhnya allah turun ke langit bumi pada saat itu ketika matahari terbenam, kemudian allah berfirman : adakah orang yg meminta ampunan kepada-ku, maka aku mengampuninya ? adakah orang yg minta rezeki, maka aku akan memberinya rezeki ? adakah orang yg mendapat cobaan, maka aku akan menyembuhkannya? Adakah begini….dan adakah begini….hingga terbitnya fajar ).
حدثناعبدة بن عبد الله الخزاعي و محمد بن عبد الملك أبو بكر قالا : حدثنا يزيد بن هارون, أنبأنا حجاج عن يحيى بن أبى كثير عن عروة عن عائشة قالت: فقدت النبي صلى الله عليه و سلم ذات ليلة, فخرجت أطلبه فإذا هو بالبقيع رافع رأسه إلى السماء , فقال: ( ياعائشة , أكنت تخافين أن يحيف الله عليك ورسوله ؟ ), قالت : قد قلت : و ما بي ذلك ؟ و لكنّى ظننت أنّك أتيت بعض نسائك , فقال : ( إن الله تعالى ينزل ليلة النصف من شعبان إلى السماء الدنيا , فيغفر لأكثر من عدد شعر غنم كلب )
                 Telah menceritakan kepada kami abdah bin abdillah al-khuza’I dan Muhammad bin abdil malik abu bakar, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami yazid bin harun, telaha memberitakan kepada kami hajjaj dari yahya bin abi katsir , dari urwah, dari aisyah RA., dia berkata ; ( suatu malam aku kehilangan nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, maka aku pun keluar dan mencarinya, ternyata beliau berada di baqi’ menengadahkan kepalanya ke langit , beliau lalu bersabda ; wahai aisyah, apakah engkau takut allah dan rasulu-nya mengurangi ( hakmu ) atasmu?’’ ia menjawab : aku telah mengatakan tidak , hanya saja aku khawatir engkau mendatangi seorang dari istrimu. Maka beliau pun bersabda : sesungguhnya pada malam nisfu sya’ban allah akan turun ke langit bumi, lalu allah mengampuni orang-orang yg lebih bayak dari jumlah bulu kambing ).( RH. Ibnu majah-wafat 275 H. ).

Fadhilah / Keutamaan
  1. Dalam Kitab Shahih Ibnu Hibban juz 12 halaman 481, hadits nomor 5665  :
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُعَافَى اَلْعَابِدُ بِصَيْدَا وَابْنُ قُتَيْبَةَ وَغَيْرُهُ قَالُوْا : حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ خَالِدٍ اَلْأَزْرَقُ قَالَ : حَدَّثَنَا أَبُوْ خُلَيْدٍ عُتْبَةُ بْنُ حَمَّادٍ عَنِ الْأَوْزَاعِيِّ وَابْنِ ثَوْبَانَ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ مَكحُوْلٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ يُخَامِرَ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَطَّلِعُ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ فِيْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ ……
                   dari shahabat Mu’adz bin Jabal dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah akan mengawasi makhluq-Nya di malam Nishfu Sya’ban kemudian mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan”. Link :
  Catatan : Al Hafizh Al-Haitsami berkata dalam kitab Majma’uzzawaid juz VIII halaman 126, hadits nomor 12860 :
رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ فِي الْكَبِيْرِ وَالْأَوْسَطِ وَرِجَالُهُمَا ثِقَاتٌ
  1. Aththabarani dalam (Mu’jam) Al Kabir dan (Mu’jam) Al Ausath. Rijal (para perawi) keduanya tsiqah. Link :

Catatan : Hadits diatas juga diriwayatkan oleh Imam Ath Tabarani dalam “Musnad Asysyaamiyyiin” juz IV halaman 365, hadits nomor 3570 :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِيْ زُرْعَةَ ثَنَا هِشَامُ بْنُ خَالِدٍ ثَنَا عُتْبَةُ بْنُ حَمَّادٍ عَنِ الْأَوْزَاعِيِّ وَابْنِ ثَوْبَانَ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ مَكْحُوْلٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ يُخَامِرَ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ : يَطَّلِعُ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ فِيْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
  1. Dalam Kitab Sunan Ibnu Majah juz I halaman 444, hadits nomor 1388 :
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَنْبَأَنَا ابْنُ أَبِي سَبْرَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ …..
                  Dari shahabat Ali bin Abi Thalib, beliau berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila ada malam nishfu Sya’ban maka shalatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya. Sesungguhnya Allah turun ke langit bumi pada saat itu ketika matahari terbenam, Dia berfirman: “Adakah orang yang meminta ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya? Adakah orang yang meminta rizki maka Aku akan memberinya rizki? Adakah orang yang mendapat cobaan maka Aku akan menyembuhkannya? Adakah yang begini, dan adakah yang begini ..begini…hingga terbit “.

Catatan : Al Hafizh Ibn Rajab dalam kitab Lathaa`iful Ma’aarif (juz I halaman 151, maktabah syamilah) menilai bahwa sanad hadits diatas adalah dha’if Berikut teks selengkapnya:
فَفِيْ سُنَنِ ابْنِ مَاجَهْ بِإِسْنَادٍ ضَعِيْفٍ عَنْ عَلِيٍّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ

Catatan : Syeikh Muhammad bin Abdurrahman bin Abdurrahim al Mubaarakfuuri dalam Kitab Tuhfadzul Ahwadzi, Syarh Sunan Tirmidzi (juz III halaman 367, maktabah syamilah) , beliau mengomentari hadits-hadits yang menerangkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban sebagai berikut:
فَهَذِهِ اْلأَحَادِيثُ بِمَجْمُوعِهَا حُجَّةٌ عَلَى مَنْ زَعَمَ أَنَّهُ لَمْ يَثْبُتْ فِي فَضِيْلَةِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ شَيْءٌ وَاللهُ تَعَالَى أَعْلَمُ .
“Hadits-hadits di atas secara keseluruhan merupakan sebuah hujjah yang membantah anggapan sebagian ulama yang berpendapat bahwa tidak ada satupun dalil kuat yang menjelaskan tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban”.

  1. Dalam kitab Nuzhatul Majaalis wa Muntakhabun Nafaa`is, karya Syeikh Abdurrahman Ashafuuri Asysyafi’i, halaman 147 :
قَالَ عَطَاءُ بْنُ يَسَارٍ مَا بَعْدَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَفْضَلُ مِنْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَهِيَ مِنَ اللَّيَالِى الَّتِيْ يُسْتَجَابُ فِيْهَا الدُّعَاءُ
Imam Atha` bin Yasar berkata : “Tidak ada malam yang lebih utama setelah Lailatul Qadar dibandingkan dengan Nishfu Sya’ban. Ia merupakan salah satu malam yang mana doa didalamnya mustajab” . Link :

  1. Imam Syafi’i berkata dalam kitab Al Umm juz I halaman 264 :
وَبَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ: إِنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِيْ خَمْسِ لَيَالٍ فِيْ لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةِ الْأَضْحَى وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ وَأَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
Telah sampai kepada kami, bahwasanya dikatakan : “Sesungguhnya doa mustajab didalam 5 (lima) malam;
  1. Malam Jum’at
  2. Malam Idul Adha
  3. Malam Idul Fitri
  4. Malam tanggal 1 Rojab
  5. Malam Nishfu Sya’ban.

  1. Al Hafidh Ibnu Rajab dalam kitab Lathaa’iful Ma’aarif (juz I halaman 151, maktabah syamiilah) mengatakan :
وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ التَّابِعُوْنَ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ كَخَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ وَمَكْحُوْلٍ وَلُقْمَانَ بْنِ عَامِرٍ وَغَيْرِهِمْ يُعَظِّمُوْنَهَا وَ يَجْتَهِدُوْنَ فِيْهَا فِي الْعِبَادَةِ
“Malam Nishfu Sya’ban adalah para tabi’in dari penduduk Syam, seperti Khaalid bin Ma’daan, Mak_huul, Luqman bin Amir dan lainnya mereka mengagungkannya dan bersungguh-sungguh pada malam itu dengan beribadah.”
Selanjutnya Al Hafidh Ibnu Rajab berpesan :
فَيَنْبَغِيْ لِلْمُؤْمِنِ أَنْ يَتَفَرَّغَ فِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ لِذِكْرِ اللهِ تَعَالَى وَدُعَائِهِ بِغُفْرَانِ الذُّنُوْبِ
“Maka seyogyanya bagi orang mukmin untuk mencurahkan pada malam itu untuk berdzikir kepada Allah dan berdoa agar diampuni dosa-dosanya”. Link :
وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ


AMALAN MALAM NISFU SYA’BAN
Membaca surah yasiin sebanyak 3x sesudah sembahyang sunat ba’diah maghrib dengan Niat sebagai berikut:
  1. NIAT YANG PERTAMA
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM. Ya Allah Ya Tuhanku ampunilah segala Dosaku dan Dosa ibu bapaku dan Dosa keluargaku dan dosa jiranku dan Dosa muslimin dan muslimat, dan panjangkanlah umurku di dalam tha’at ibadat kepada engkau dan kuatkanlah imanku dengan berkat surat Yasiin.
  1. NIAT YANG KE DUA
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM. Ya ALLAH YA TUHANKU ampunilah segala dosaku dan dosa ibu bapaku dan dosa keluargaku dan dosa tetangga2ku dan dosa muslimin dan muslimat, dan peliharakanlah diriku dari segala kebinasaan dan penyakit, dan kabullanlah hajatku dengan berkat surat Yasiin.
  1. NIAT YANG KETIGA
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM. YA ALLAH YA TUHANKU ampunilah segala dosaku dan dosa ibu bapaku dan dosa keluargaku dan dosa jiranku dan dosa muslimin dan muslimat, dan kayakanlah hatiku dari segala makhluk dan berilah aku dan kelurgaku dan jiranku HUSNUL KHATIMAH dengan berkat surat Yasiin.
              Mengenai doa dimalam nisfu sya’ban adalah sunnah Rasul saw, sebagaimana hadits2 berikut :
Sabda Rasulullah saw : “Allah mengawasi dan memandang hamba hamba Nya di malam nisfu sya’ban, lalu mengampuni dosa dosa mereka semuanya kecuali musyrik dan orang yg pemarah pada sesama muslimin” (Shahih Ibn Hibban hadits no.5755)
berkata Aisyah ra : disuatu malam aku kehilangan Rasul saw, dan kutemukan beliau saw sedang di pekuburan Baqi’, beliau mengangkat kepalanya kearah langit, seraya bersabda : “Sungguh Allah turun ke langit bumi di malam nisfu sya’ban dan mengampuni dosa dosa hamba Nya sebanyak lebih dari jumlah bulu anjing dan domba” (Musnad Imam Ahmad hadits no.24825)
berkata Imam Syafii rahimahullah : “Doa mustajab adalah pada 5 malam, yaitu malam jumat, malam idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertama bulan rajab, dan malam nisfu sya’ban” (Sunan Al Kubra Imam Baihaqiy juz 3 hal 319).
dengan fatwa ini maka kita memperbanyak doa di malam itu, jelas pula bahwa doa tak bisa dilarang kapanpun dan dimanapun, bila mereka melarang doa maka hendaknya mereka menunjukkan dalilnya?,
bila mereka meminta riwayat cara berdoa, maka alangkah bodohnya mereka tak memahami caranya doa, karena caranya adalah meminta kepada Allah,
pelarangan akan hal ini merupakan perbuatan mungkar dan sesat, sebagaimana sabda Rasulullah saw : “sungguh sebesar besarnya dosa muslimin dg muslim lainnya adalah pertanyaan yg membuat hal yg halal dilakukan menjadi haram, karena sebab pertanyaannya” (Shahih Muslim).
disunnahkan malam itu untuk memperbanyak ibadah dan doa, sebagaimana di Tarim para Guru Guru mulia kita mengajarkan murid muridnya untuk tidak tidur dimalam itu, memperbanyak Alqur’an doa, dll
Pada malam tanggal 15 Sya’ban (Nisfu Sya’ban) telah terjadi peristiwa penting dalam sejarah perjuangan umat Islam yang tidak boleh kita lupakan sepanjang masa. Di antaranya adalah perintah memindahkan kiblat salat dari Baitul Muqoddas yang berada di Palestina ke Ka’bah yang berada di Masjidil Haram, Makkah pada tahun ke delapan Hijriyah.
Sebagaimana kita ketahui, sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah yang menjadi kiblat salat adalah Ka’bah. Kemudian setelah beliau hijrah ke Madinah, beliau memindahkan kiblat salat dari Ka’bah ke Baitul Muqoddas yang digunakan orang Yahudi sesuai dengan izin Allah untuk kiblat salat mereka. Perpindahan tersebut dimaksudkan untuk menjinakkan hati orang-orang Yahudi dan untuk menarik mereka kepada syariat al-Quran dan agama yang baru yaitu agama tauhid.
Tetapi setelah Rasulullah saw menghadap Baitul Muqoddas selama 16-17 bulan, ternyata harapan Rasulullah tidak terpenuhi. Orang-orang Yahudi di Madinah berpaling dari ajakan beliau, bahkan mereka merintangi Islamisasi yang dilakukan Nabi dan mereka telah bersepakat untuk menyakitinya. Mereka menentang Nabi dan tetap berada pada kesesatan.
Karena itu Rasulullah saw berulang kali berdoa memohon kepada Allah swt agar diperkenankan pindah kiblat salat dari Baitul Muqoddas ke Ka’bah lagi, setelah Rasul mendengar ejekan orang-orang Yahudi yang mengatakan, “Muhammad menyalahi kita dan mengikuti kiblat kita. Apakah yang memalingkan Muhammad dan para pengikutnya dari kiblat (Ka’bah) yang selama ini mereka gunakan?”
Ejekan mereka ini dijawab oleh Allah swt dalam surat al Baqarah ayat 143:
وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِى كُنْتَ عَلَيْهَا إلاَّ لِيَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ.
Dan kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblatmu, melainkan agar kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot…
Dan pada akhirnya Allah memperkenankan Rasulullah saw memindahkan kiblat salat dari Baitul Muqoddas ke Ka’bah sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 144.
Diantara kebiasaan yang dilakukan oleh umat Islam pada malam Nisfu Sya’ban adalah membaca surat Yasin tiga kali yang setiap kali diikuti doa yang antara lain isinya adalah:
“Ya Allah jika Engkau telah menetapkan aku di sisi-Mu dalam Ummul Kitab (buku induk) sebagai orang celaka atau orang-orang yang tercegah atau orang yang disempitkan rizkinya maka hapuskanlah ya Allah demi anugerah-Mu, kecelakaanku, ketercegahanku, dan kesempitan rizkiku..”
Bacaan Yasin tersebut dilakukan di masjid-masjid, surau-surau atau di rumah-rumah sesudah salat maghrib.
Sebagian dari orang-orang yang mengaku ahli ilmu telah menganggap ingkar perbuatan tersebut, menuduh orang-orang yang melakukannya telah berbuat bid’ah dan melakukan penyimpangan terhadap agama karena doa dianggap ada kesalahan ilmiyah yaitu meminta penghapusan dan penetapan dari Ummul Kitab. Padahal kedua hal tersebut tidak ada tempat bagi penggantian dan perubahan.
Tanggapan mereka ini kurang tepat, sebab dalam syarah kitab hadist Arbain Nawawi diterangkan bahwa takdir Allah swt itu ada empat macam:
  1. Takdir yang ada di ilmu Allah. Takdir ini tidak mungkin dapat berubah, sebagaimana Nabi Muhammad saw bersabda:
لاَيَهْلِكُ اللهُ إلاَّ هَالِكًا
“Tiada Allah mencelakakan kecuali orang celaka, yaitu orang yang telah ditetapkan dalam ilmu Allah Taala bahwa dia adalah orang celaka.”
  1. Takdir yang ada dalam Lauhul Mahfudh. Takdir ini mungkin dapat berubah, sebagaimana firman Allah dalam surat ar-Ra’du ayat 39 yang berbunyi:
يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ.
“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang dikehendaki, dan di sisi-Nyalah terdapat Ummul Kitab (Lauhul Mahfudz).”
Dan telah diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa beliau mengucapkan dalam doanya yaitu “Ya Allah jika engkau telah menetapkan aku sebagai orang yang celaka maka hapuslah kecelakaanku, dan tulislah aku sebagai orang yang bahagia”.
  1. Takdir dalam kandungan, yaitu malaikat diperintahkan untuk mencatat rizki, umur, pekerjaan, kecelakaan, dan kebahagiaan dari bayi yang ada dalam kandungan tersebut.
  2. Takdir yang berupa penggiringan hal-hal yang telah ditetapkan kepada waktu-waktu yang telah ditentukan. Takdir ini juga dapat diubah sebagaimana hadits yang menyatakan: “Sesungguhnya sedekah dan silaturrahim dapat menolak kematian yang jelek dan mengubah menjadi bahagia.” Dalam salah satu hadits Nabi Muhammad saw pernah bersabda,
إنَّ الدُّعَاءَ وَالبَلاَءَ بَيْنَ السَّمَاءِ والاَرْضِ يَقْتَتِلاَنِ وَيَدْفَعُ الدُّعَاءُ البَلاَءَ قَبْلَ أنْ يَنْزِلَ.
“Sesungguhnya doa dan bencana itu diantara langit dan bumi, keduanya berperang; dan doa dapat menolak bencana, sebelum bencana tersebut turun.”
Diantara kebiasaan kaum muslimin pada malam Nisfu Sya’ban adalah melakukan salat pada tengah malam dan datang ke pekuburan untuk memintakan maghfirah bagi para leluhur yang telah meninggal dunia. Kebiasaan seperti ini adalah berdasar dari amal perbuatan atau sunnah Nabi Muhammad saw. Antara lain ada hadist yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam Musnadnya dari Sayidah Aisyah RA, yang artinya kurang lebih sebagai berikut:
“Pada suatu malam Rasulullah saw berdiri melakukan salat dan beliau memperlama sujudnya, sehingga aku mengira bahwa beliau telah meninggal dunia. Tatkala aku melihat hal yang demikian itu, maka aku berdiri lalu aku gerakkan ibu jari beliau dan ibu jari itu bergerak lalu aku kembali ke tempatku dan aku mendengar beliau mengucapkan dalam sujudnya: “Aku berlindung dengan maaf-Mu dari siksa-Mu; aku berlindung dengan kerelaan-Mu dari murka-Mu; dan aku berlindung dengan Engkau dari Engkau. Aku tidak dapat menghitung sanjungan atas-Mu sebagaimana Engkau menyanjung atas diri-Mu.” Setelah selesai dari salat beliau bersabda kepada Aisyah, “Ini adalah malam Nisfu Sya’ban. Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla berkenan melihat kepada para hamba-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, kemudian mengampunkan bagi orang-orang yang meminta ampun, memberi rahmat kepada orang-orang yang memohon rahmat, dan mengakhiri ahli dendam seperti keadaan mereka.”
Nabi Muhammad saw pada malam Nisfu Sya’ban berdoa untuk para umatnya, baik yang masih hidup maupun mati. Dalam hal ini Sayidah Aisyah RA meriwayatkan hadits:
إنَّهُ خَرَجَ فِى هَذِهِ اللَّيْلَةِ إلَى الْبَقِيعِ فَوَجَدْتُهُ يَسْتَغْفِرُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ وَالشُّهَدَاءِ.
“Sesungguhnya Nabi Muhammad saw telah keluar pada malam ini (malam Nisfu Sya’ban) ke pekuburan Baqi’ (di kota Madinah) kemudian aku mendapati beliau (di pekuburan tersebut) sedang memintakan ampun bagi orang-orang mukminin dan mukminat dan para syuhada.”
Banyak hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal, at-Tirmidzi, at-Tabrani, Ibn Hibban, Ibn Majah, Baihaqi, dan an-Nasa’i bahwa Rasulullah saw menghormati malam Nisfu Sya’ban dan memuliakannya dengan memperbanyak salat, doa, dan istighfar.